Bahwasanya Allah mewajibkan atas para hamba-Nya untuk menunaikan haji ke Baitullah dan hal itu dijadikan-Nya sebagai salah satu rukun Islam.
Allah Berfirman :
...... Menunaikan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan menuju Baitullah. Dan barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) dari semesta alam (QS. Ali Imran : 97)
"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (didalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil-haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya."
Di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Umar, Nabi s.a.w. bersabda:
Islam itu didirikan atas Lima Rukun :
1. Kesaksian bahwa tiada tuhan (Yang Haq disembah) kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah.
2. Muhammad adalah Rasul Allah
3. Mengerjakan Solat
4. Mengeluarkan Zakat
5. Mengerjakan haji ke Baitullah.
Dari Hadits riwayat Imam Ahmad bin Hanbal, berdasar riwayat Ibnuu 'Abbas, bahwasanya Nabi s.a.w. Bersabda :
Cepat-cepatlah kalian menunaikan haji - yakni haji wajib- karena sesungguhnya seseorang di antara kamu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.
Dari Hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah, berdasar riwayat Aisyah :
Aisyah bertanya : wahai Rasulullah, adakah kewajiban jihad bagi wanita? Beliau menjawab :
"Bagi mereka ada kewajiban jihad tanpa peperangan, yaitu Haji dan Umrah".
Haji dan Umrah hanya diwajibkan sekali saja seumur hidup. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w. dalam hadist shahih :
Haji itu hanya sekali (wajibnya). Barang siapa menambah (melakukan lebih dari dekali), maka itu adalah tathawwu' (amalan sunnah atas kerelaan)
Disunnahkan memperbanyak melakukan haji dan umrah sebagai tathawwu' (amalan tambahan) berdasarkan hadits dalam shahih al-Bukhari dan Muslim :
Dari Abu Hurairah r.a. : ia berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : "Umrah ke Umrah berikutnya adalah menutupi (kafarat) kesalahan - kesalahan yang terjadi antara keduanya Dan haji yang mabrur itu imbalannya tiada lain adalah surga."
II. KEWAJIBAN BERTAUBAT DARI SEGALA MAKSIAT
Jika seorang muslim sudah bertekad bulat untuk pergi Haji maupun Umrah, disunnahkan baginya berwasiat kepada keluarga dan handai taulannya dengan wasiat taqwa kepada Allah, yakni mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hendaknya ia menuliskan hitam di atas putih utang-piutangnya dan mencantumkan pula saksi dalam tulisan itu. Wajib baginya segera bertaubat yang sebenar-benarnya dari segala dosa, berdasarkan firman Allah :
Dan Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, agar supaya kamu beruntung (QS. An-Nur: 31)
III. BERIBADAH HAJI DENGAN BEKAL YANG HALAL
Melaksanakan ibadah haji dan umrah dengan biaya/bekal yang baik dari harta yang halal berdasarkan hadist shahih dari Rasulullah s.a.w. bahwa beliau bersabda :
"Sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidaklah menerima kecuali yang baik."
Berdasarkan Hadist yang diriwayatkan oleh ath-Thabarani :At-Thabarani meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah s.a.w. Bersabda :
"Jika seseorang keluar bertujuan haji dengan membawa biaya yang baik (halal) dan ia pijakkan kakinya pada pijakan pelana kudanya lalu menyeru:
'Kusambut panggilan-Mu ya Allah, kusambut panggilan-Mu',
maka diserulah ia oleh penyeru dari langit:
'Kusambut pula kamu dan kukurniakan kepadamu kebahagiaan demi kebahagiaan. Bekalmu adalah halal. Dan hajimu adalah mabrur (diterima), tidak ternoda oleh dosa'.
Jika seseorang itu keluar dengan membawa biaya yang buruk (haram), lalu ia pijakkan kaiknya pada pijakan pelana kudanya dan menyeru:
'Kusambut panggilan-Mu ya Allah, kusambut panggilan-Mu',
maka diserulah ia oleh penyeru dari langit:
'Aku tidak menyambutmu dan tidak pula Aku kurniakan kebahagiaan demi kebahagiaan kepadamu. Bekalmu adalah haram, harta yang kamu nafkahkan pun haram, dan hajimu tidaklah diterima (tidak mabrur).'
IV. MEMPELAJARI MANASIK HAJI DAN ADAB PERJALANAN
Seyogyanya mempelajari dan mendalami tuntunan yang benar untuk amalan haji dan umrahnya, dan menanyakan apa yang tidak diketahui, agar benar-benar mengerti dan melakukan haji atas dasar ilmu. Dan seyogyanya dalam perjalanan, memperbanyak dzikir, istigfar, memanjatkan do'a kepada Allah, membaca Al Qur'an dan memahami maknanya, senantiasa memelihara shalatnya, menjaga lisannya dari hal-hal berikut ini seperti hal tidak berguna, senda gurau yang berlebihan, dusta, bergunjing, adu domba, mengejek.Seyogyanya menanamkan kebaikan dilingkungannya, menahan diri dari perbuatan mengganggu dan menyakiti orang. Mencegah perbuatan mungkar dan saling memberikan nasihat dalam kebaikan.
Panduan lengkap ibadat haji dan umrah
DEFINASI HAJI
Hukum dan Dalilnya:
Ibadat Haji difardhukan sekali seumur hidup bagi setiap orang Islam, sama ada lelaki atau perempuan.
Dalil dari al-Quran:
Firman Allah s.w.t: Yang bermaksud: Dan Allah mewajibkan manusia mengerjakan ibadat Haji dengan mengunjungi Baitullah iaitu sesiapa yang mampu sampai kepadanya dan sesiapa yang kufur (ingkarkan kewajipan ibadat Haji itu), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak berhajatkan sesuatu pun) dari sekalian makhluk.
Allah s.w.t telah memfardhukan ibadat Haji pada tahun kesembilan hijrah dan Nabi Muhammad s.a.w tidak pernah mengerjakan ibadat Haji kecuali Haji Wida'.
Dalil dari hadis:
Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
"Islam dibina atas lima rukun." Baginda s.a.w. menyebut di antaranya ialah ibadat Haji.
Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud:
"Tidak ada ganjaran bagi Ibadat Haji yang mabrur kecuali Syurga."
Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud:
"Sesiapa yang mengerjakan ibadat Haji dan tidak sekali-kali menyetubuhi isterinya juga tidak melakukan maksiat nescaya dia kembali suci bersih sebagaimana hari dia dilahirkan."
Sabda Rasulullah s.a.wyang bermaksud:
"Wahai umatku semua, sesungguhnya Allah s.w.t. memfardhukan ibadat haji kepada kamu, oleh itu kamu hendaklah mengerjakan ibadat haji."
Lalu seorang lelaki bertanya Baginda s.a.w.:
"Adakah wajib dikerjakan pada setiap tahun, wahai Rasullullah?"
Rasulullah s.a.w. hanya diam sehinggalah lelaki tersebut bertanya kali ketiga lantas Baginda s.a.w. menjawab:
"Jika aku katakan ya, nescaya kamu wajib mengerjakan pada setiap tahun, oleh itu kerjakanlah ibadat haji ketika kamu berkemampuan."
Semua imam-imam bersependapat bahawa ibadat Haji adalah fardhu, malah ia adalah rukun Islam kelima dan ia juga fardhu yang perlu dikerjakan secepat mungkin.
Fardu:
Pekerjaan Haji yang mesti dikerjakan dan ia adalah penentu bagi ibadat Haji sama ada sah atau tidak serta tidak wajib membayar Dam apabila meninggalkannya. Fardhu juga dikira sebagai rukun dan syarat. Semua Mazhab bersependapat tentang perkara fardhu dan wajib dalam Haji. Pekerjaan Haji yang mesti dikerjakan malah batal Haji jika meninggalkannya. Fardhu juga dikira sebagai rukun Haji.
Perkara-perkara fardu di dalam Haji terdiri dari empat perkara iaitu:
1- Berihram.
2- Wuquf di Arafah.
3- Tawaf Ifadhah.
4- Bersaie di antara Safa dan Marwah.
Semua Mazhab bersependapat tentang perkara fardhu dan wajib dalam Haji.
Perkara-perkara wajib didalam Haji:
Wajib: Pekerjaan Haji yang mesti dikerjakan serta wajib membayar Dam jika meninggalnya.
Perkara-perkara wajib di dalam Haji terdiri dari tujuh perkara iaitu:
1- Berihram dari Miqat.
2- Wuquf di Arafah.
3- Bermalam di Muzdalifah.
4- Bermalam di Mina.
5- Bercukur atau bergunting rambut dan bercukur adalah afdhal.
6- Melontar setiap Jamrah.
7- Tawaf Wida'
Semua Mazhab bersependapat tentang perkara fardhu dan wajib dalam Haji.
Perkara-perkara sunat didalam Haji:
Perkara yang digalak mengerjakannya. Orang yang mengerjakannya akan diganjarkan dengan pahala dan orang yang meninggalkannya tidak akan dibalas seksa. Sunat, mandub, mustahab dan tatawwu' ialah: Beberapa perkataan yang mempunyai pengertian sama.
Perkara-perkara sunat di dalam Haji iaitu:
1- Mandi sunat Ihram.
2- Bertalbiah.
3- Melakukan Tawaf Qudum bagi bagi orang yang mengerjakan Haji Ifrad dan Haji Qiran.
4- Bermalam di Mina pada malam Arafah.
5- Berlari-lari anak dan sopan-santun ketika melakukan Tawaf Qudum.
JENIS-JENIS HAJI
Haji Tamattu':
Haji Tamattu' ialah mengerjakan Umrah pada bulan-bulan Haji, kemudian mengerjakan Haji pada tahun yang sama, di mana ketika berniat ihram Haji jemaah Haji berniat secara "Haji Tamattu'". Setelah itu dia berniat dan berihram untuk mengerjakan Umrah secara berasingan seperti yang dijelaskan sebagaimana berikut. Dia hendaklah menyebut:
Yang bermaksud: (Aku telah menyahut seruanMu untuk menunaikan Umrah kerana ingin mengerjakan Haji Tamattu'), wahai Tuhanku! Sesungguhnya aku ingin mengerjakan Umrah, maka permudahkanlah bagiku, maka terimalah ibadat Umrah daripadaku, sahaja aku menunaikan ibadat Umrah dan berihram dengannya kerana Allah Taala. Serta bertalbiah. Ketika sampai di Mekah al-Mukarramah jemaah Haji pergi ke Baitullah al-Haram lalu mengerjakan Tawaf mengelilingi Kaabah sebanyak tujuh pusingan, kemudian bersaie di antara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali, kemudian bertahallul dari Ihram dengan bercukur atau bergunting. Jemaah Haji terus berada dalam keadaan Tahallul sehinggalah sampai pada hari Tarwiah iaitu pada 8 Zulhijah di mana jemaah Haji akan berniat Ihram Haji dari tempat dia turun sambil berkata:
"Aku telah menyahut seruanMu untuk menunaikan Haji, wahai Tuhanku! Sesungguhnya aku ingin mengerjakan Haji, maka permudahkanlah bagiku, maka terimalah ibadat Haji daripadaku, sahaja aku menunaikan ibadat Haji dan berihram dengannya kerana Allah Taala. Telah aku penuhi seruanMuwahai Tuhanku, telah aku penuhi seruanMu, telah aku penuhi seruanMu wahai Tuhanku, tidak ada sekutu bagiMu. Telah aku penuhi seruanMu, sesungguhnya segala puji, segala nikmat dan segala pemerintahan adalah kepunyaanMu, tidak ada sekutu bagiMu. Wahai Tuhanku! Diharamkan bagiMu rambutku dan diriku, jasadku dan semua anggotaku, daripada wangi-wangian dan perempuan serta dari semua perkara yang Engkauharamkan terhadap orang yang berihram, aku mengharapkan pertolonganMu, wahai Tuhan sekelian alam."
Seterusnya dia mengerjakan Haji sebagaimana jemaah Haji yang mengerjakan Haji Ifrad, cuma dia perlu membayar Dam kerana menikmati kemudahan semasa mengerjakan Umrah pada bulan-bulan Haji sebagaimana firman Allah s.w.t: Yang bermaksud: "Maka sesiapa yang mahu menikmati kemudahan dengan mengerjakan."
Umrah (dan terus menikmati kemudahan itu) hingga masa (mengerjakan) ibadat Haji, (bolehlah ia melakukannya kemudian wajiblah ia) menyembelih Dam yang mudah didapati. Orang yang telah mengerjakan Tawaf Umrah ketika mengerjakan Haji Tamattu' tidak perlu lagi mengerjakan Tawaf Qudum bagi Haji malah selepas Tahallul yang pertama dia hendaklah melakukan Tawaf Ifadhah dan bersaie di antara Safa dan Marwah bagi ibadat Haji mengikut pendapat jumhur ulama. Walau bagaimanapun bagi Mazhab Hanafi, bagi jemaah Haji yang mengerjakan Haji Tamattu' yang tidak membawa (mendapatkan) binatang ternakan, tetapi jika telah membawa (mendapatkan) binatang tersebut, maka hukumnya sama seperti hukum Haji Qiran.
Haji Qiran:
Haji Qiran ialah menghimpunkan antara Haji dan Umrah dalam satu perjalanan musafir (sekali pergi). Jemaah Haji berniat Haji dan Umrah dengan satu niat dari miqat yang ditetapkan dengan berkata: Yang bermaksud: "Aku telah memenuhi seruanMu untuk menunaikan ibadat Haji dan Umrah."
Apabila jemaah Haji yang mengerjakan Haji Qiran memasuki Kota Mekah, dia melakukan Tawaf di Baitullah sebanyak tujuh pusingan secara berlari-lari anak pada tiga pusingan pertama kemudian diteruskan dengan bersaie di antara Safa dan Marwah seterusnya disyarakkan di sisi Hanafi agar jemaah Haji melakukan pekerjaan-pekerjaan Haji sebagaimana Haji Ifrad manakala di sisi jumhur memadai bagi jemaah Haji yang mengerjakan Haji Qiran melakukan satu Tawaf (tujuh pusingan) dan satu Saie (tujuh pusingan) sahaja kerana Tawaf dan Saie Umrah yang dilakukan itu juga dikira sebagai Tawaf dan Saie Haji sehinggalah dia bertahallul dari Umrah dan Haji secara serentak.
Haji Ifrad:
Haji Ifrad ialah berihram Haji sahaja (mengerjakan ibadat Haji secara berasingan) di mana jemaah Haji hanya berniat ihram Haji sahaja di miqat yang ditetapkan kemudian menyebut: Yang bermaksud: "Wahai Tuhanku! Aku ingin mengerjakan ibadat Haji, oleh itu permudahkanlah bagiku dan terimalah ibadat Hajiku."
Lantas bertalbiah. Apabila memasuki Kota Mekah jemaah Haji mula melakukan pekerjaan Haji di Masjidil Haram di mana apabila melihat Baitullah jemaah Haji bertakbir kemudian mengucapkan LA ILAAHA ILLALLAH dan bertasbih seterusnya melakukan Tawaf bagi bukan penduduk Mekah iaitu Tawaf Qudum mengelilingi Baitullah sebanyak tujuh kali sambil menutup bahu kiri dan berlari-lari anak pada tiga pusingan pertama.
Cara tersebut adalah sunat di sisi jumhur dan wajib bagi Mazhab Maliki. Penduduk Mekah tidak boleh melakukan Tawaf tersebut. Setelah selesai melakukan Tawaf Qudum, dilakukan pula Saie di antara Safa dan Marwah sebanyak tujuh pusingan. Kemudian terus berada di Mekah dalam keadaan berihram. Apabila tiba hari Tarwiah dia berangkat ke Mina dan berada di sana sehingga selesai mendirikan sembahyang Subuh hari Arafah. Setelah itu bertolak pula ke Arafah dan berada di sana serta mendirikan sembahyang Zuhur dan Asar pada waktu Zuhur (Jamak Taqdim). Setelah tenggelam matahari jemaah Haji mula ifadhah (beredar) sehingga tiba di Muzdalifah lalu mendirikan sembahyang Maghrib dan Isyak. Apabila terbit matahari pada Hari Nahar (Hari Raya Korban), jemaah Haji ifadhah (beredar) lagi ke Mina lantas mula melontar. Talbiah tidak lagi disebut setelah bermulanya lontaran pertama. Kemudian menyembelih korban jika ingin berbuat demikian lantas bercukur atau bergunting sebagai bertahallul, dengan demikian jemaah Haji dihalal semua perkara yang diharamkan semasa dalam keadaan berihram kecuali perempuan (bersetubuh).
Setelah itu jemaah haji kembali ke Mekah lalu melakukan Tawaf di Baitullah sebagai Tawaf ziarah sebanyak tujuh pusingan seterusnya bersaie di antara Safa dan Marwah jika tidak melakukan Saie selepas Tawaf Qudum. Setelah selesai bolehlah bersaie dan bertahallul serta dihalalkan baginya perempuan (bersetubuh). Jemaah Haji kembali semula ke Mina dan berada di sana sehingga selesai melontar ketiga-tiga jamrah sama ada jemaah Haji yang tergesa-gesa ingin cepat pulang atau yang masih mempunyai banyak masa. Setelah itu jemaah Haji kembali lagi ke Mekah melakukan Tawaf Wida'.
Haji Untuk Orang Lain:
Sesiapa yang mempunyai perbelanjaan untuk mengerjakan ibadat Haji tetapi tidak terdaya untuk menunaikannya sendiri, sama ada disebabkan sakit ataupun tua, dia hendaklah menghantar seseorang supaya mengerjakan Haji untuknya berpandukan kepada hadis Al-Fadli bin Abbas: Bahawa seorang perempuan dari Khath'am telah bertanya kepada Rasullullah s.a.w.: "Wahai Rasulullah, Sesungguhnya Allah s.w.t. telah memfardhukan ibadat haji keatas hambaNya, aku dapati ayahku terlalu tua dan tidak dapat bertahan diatas kenderaan, bolehkah aku mengerjakan haji untuknya?" Baginda s.a.w. menjawab: "Ya."
Ini adalah mengikut pendapat Imam Syafie, Imam Ahmad dan Imam Abu Hanifah manakala pendapat Imam Malik: Tidak wajib. Fardu Haji tidak gugur ke atas orang sakit yang sembuh selepas penggantinya menunaikan Haji untuknya dan dia diwajibkan mengulangi ibadat Haji. Mengikut pendapat Imam Ahmad fardu tersebut telah gugur apabila dia sembuh dari sakit. Sesiapa yang telah menunaikan Haji nazar sedangkan dia belum menunaikan Haji yang fardu, Haji tersebut akan dikira Haji yang fardu kemudian hendaklah dia menunaikan Haji nazarnya. Sesiapa yang meninggal dunia sebelum menunaikan ibadat Haji, ataupun Haji yang dinazarkan, walinya wajiblah mengupah seseorang untuk menunaikan Haji untuknya daripada harta peninggalannya dan ini merupakan pendapat Mazhab Syafie dan Mazhab Hambali.
Manakala pendapat Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki pula:
Pewaris tidak diwajibkan menunai Haji untuk si mati melainkan apabila si mati telah mewasiatkannya dan hendaklah dia menunaikan Haji untuk si mati (dengan perbelanjaan) satu pertiga daripada harta peninggalannya.
Orang yang ingin menunaikan Haji untuk orang lain disyaratkan:
Telah menunaikan Haji untuk dirinya sendiri sama ada dia berkuasa atau tidak. Ini berpandukan riwayat daripada Ibnu Abbas r.a: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w.telah terdengar seorang lelaki berkata: "Aku telah penuhi seruanMu untuk Syabramah.": Lalu Baginda s.a.w. bersabda: "Apakah kamu telah mengerjakan haji kamu sendiri?" Dia menjawab: "Tidak". Baginda s a.w. bersabda lagi: "Kerjakanlah haji untuk diri kamu, kemudian kerjakanlah haji untuk Syabramah."
Ibadat Haji Orang Perempuan:
Orang perempuan tidak wajib mengerjakan Haji sehinggalah dia mempunyai suami atau mahram yang boleh menemaninya di dalam perjalanannya berdasarkan kepada hadis Ibnu Abbas r.a katanya: Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: "Orang perempuan tidak boleh bermusafir melainkan bersama marham." Seorang leleaki telah berdiri lalu berkata: "Wahai Rasulullah, isteriku telah keluar untuk mengerjakan haji sedang aku ditugaskan menyertai peperangan?" LaluBaginda s.a.w. bersabda: "Pergilah dan kerjakan haji bersama isteri kamu."
Mengikut pendapat Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali, kedua-duanya meletakkan syarat:
Orang perempuan tidak boleh keluar (untuk mengerjakan Haji) melainkan bersama suami atau mahram.
Mengikut pendapat Mazhab Syafie:
Disyaratkan bersama suami atau mahram atau beberapa orang perempuan yang thiqah (dipercayai) dan ada yang berpendapat cukup hanya dengan seorang perempuan yang thiqah sahaja.
Mengikut pendapat Mazhab Maliki:
Orang perempuan dibolehkan keluar untuk mengerjakan Haji dengan ditemani oleh seorang perempuan yang dipercayai dengan syarat jarak di antara dia dan Mekah adalah perjalanan selama satu hari satu malam dan apabila seorang perempuan menyalahi syarat ini dan mengerjakan Haji tanpa ditemani suami atau mahram, Hajinya dikira sah tetapi dia berdosa.
Meminta Keizinan Suami Untuk Mengerjakan Ibadat Haji:
Suami tidak boleh menegah isterinya dari mengerjakan Haji yang fardu dan Haji yang dinazarkan manakala Haji sunat bolehlah dia menegahnya. Orang perempuan wajib ditemani mahram atas perbelanjaannya manakala mahram atau suami tidak diwajibkan bermusafir bersamanya.
Apabila seseorang perempuan didatangi haid atau nifas, dia dibolehkan mengerjakan semua perkara yang dilakukan oleh orang Haji tetapi tidak boleh melakukan Tawaf di Baitullah, berpandukan kepada hadis Saidatina Aisyah r.a katanya: "Aku tiba di Mekah ketika sedang haid dan aku tidak melakukan Tawaf, sama ada di Baitullah ataupun di antara Safa dan Marwah." Katanya lagi: "Aku telah mengemukakan hal itu kepada Rasulullah s.a.w lalu Baginda s.a.w. bersabda: "Lakukanlah sebagaimana yang dilakukan oleh orang Haji tetapi janganlah mengerjakan Tawaf di Baitullah sehingga kamu telah suci."
Apabila seseorang perempuan didatangi haid atau nifas sebelum mengerjakan Tawaf Qudum gugurlah pekerjaan tersebut dan dia tidak dikenakan apa-apa. Apabila seseorang perempuan didatangi haid atau nifas sebelum mengerjakan Tawaf Ifadhah, dia hendaklah kekal berada di dalam Ihram sehingga telah suci kemudian bolehlah mengerjakan Tawaf. Sekiranya seseorang perempuan mengerjakan Tawaf sedangkan dia didatangi haid, Tawaf tersebut tidak sah mengikut pendapat Mazhab Maliki, Mazhab Syafie dan Mazhab Hambali, manakala mengikut pendapat Mazhab Hanafi pula tawaf tersebut sah tetapi makruh yang membawa kepada haram dan dia juga berdosa serta dikenakan Badanah (Dam seekor unta atau lembu). Apabila seseorang perempuan didatangi haid atau nifas selepas Tawaf Ifadah dia tidak perlu lagi mengerjakan Tawaf Wida'.
Ibadat Haji Anak Kecil (Kanak-kanak):
Kanak-kanak tidak diwajibkan mengerjakan Haji tetapi sekiranya dia mengerjakannya, Haji tersebut dikira sah tetapi tidak mendapat ganjaran Haji yang fardu.
Diriwayatkan bahawa seorang perempuan telah mengangkat seorang kanak-kanak (untuk ditunjukkan) kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata: "Adakah (kanak-kanak) ini boleh mengerjakan haji?" Baginda s.a.w. menjawab: "Ya dan kamu mendapat pahala."
Diriwayatkan daripada Jabir r.a. katanya: "Kami telah mengerjakan haji bersama Rasulullah s.a.w. dan bersama-sama kami juga terdapat wanita dan kanak-kanak, kami telah bertalbiah untuk kanak-kanak kami juga telah melontar untuk mereka."
Apabila kanak-kanak mengerjakan Haji sebelum sampai umur (baligh), dia diwajibkan mengerjakan Haji apabila telah sampai umur dan begitu juga dengan seorang hamba, apabila dia mengerjakan Haji ketika menjadi hamba kemudian dimerdekakan, wajiblah dia mengerjakan Haji sekiranya dia mempunyai kemampuan untuk mengerjakannya.
Ibnu Abbas r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Mana-mana kanak-kanak yang telah mengerjakan Haji kemudian dia telah baligh, wajiblah dia mengerjakan Haji sekali lagi. Mana-mana hamba yang telah mengerjakan Haji kemudian telah dimerdekakan, wajiblah dia mengerjakan Haji sekali lagi".
Apabila seseorang kanak-kanak telah mumayyiz bolehlah berniat Ihram sendiri dan menunaikan ibadat Haji, jika belum mumayyiz walinya bolehlah berniat Ihram dan bertalbiah untuknya, membawanya melakukan Tawaf dan Saie, Wukuf di Padang Arafah serta melontar Jamrah untuknya. Sekiranya seseorang kanak-kanak sampai umur (baligh) sebelum Wukuf di Padang Arafah atau ketika berada di sana, Hajinya dikira Haji fardu.
Imam Malik berpendapat:
Tidak dikira Haji fardu.
Pendapat Mazhab Hanafi:
Dikira sebagai fardu sekiranya dia memperbaharui niat Ihram selepas baligh.
JENIS-JENIS DAM
Fidyah bercukur kerana keadaan terdesak, memakai pakaian dan memakai wangi-wangian:
Dipilih di antara tiga perkara, iaitu:
Berpuasa tiga hari
Memberi makan kepada enam orang fakir miskin dimana setiap seorang diberikan setengah gantang.
Mereka yang membunuh binatang buruan yang mudah didapati: Boleh memilih jenis Fidyah sama ada menggantikannya dengan binatang dari jenis yang sama atau menilaikannya dengan wang untuk membeli makanan dimana untuk setiap orang fakir miskin diberikan satu cupak atau berpuasa satu hari untuk setiap cupak.
Mereka yang membunuh binatang buruan yang susah didapati: Boleh memilih sama ada memberi makanan atau berpuasa.
Fidyah kerana menggauli isteri: Sama dengan Fidyah bercukur kerana terpaksa.
Fidyah bersetubuh:
Sekiranya berlaku sebelum Tahallul Awal:
Seekor badanah (unta atau lembu), sekiranya tidak didapati hendaklah berpuasa sebanyak tiga hari dalam musim Haji dan tujuh hari apabila kembali ke tanah air.
Sekiranya berlaku selepas Tahallul Awal:
Fidyahnya sama sebagaimana Fidyah bercukur kerana terpaksa.
DAM:
Definisinya: Dam ialah binatang ternakan (berkaki empat) yang dikorbankan di Baitullah untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t.
Dam Tatawwuk
Definisinya: Ialah binatang ternakan (berkaki empat) yang dikorbankan di Baitullah untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t.
Dalilnya: "Nabi Muhammad s.a.w. telah mengorbankan sebanyak seratus ekor badanah (unta dan lembu) semasa mengerjakan Haji Akbar, Baginda s.a.w. juga pernah mengorbankan kambing."
Hukumnya:
Sunat bagi mereka yang mengerjakan Haji Ifrad dan mereka yang mengerjakan Umrah serta disunatkan memakan daging yang dikorbankan itu kerana Nabi Muhammad s.a.w. telah memerintahkan supaya sembelihan tersebut dipotong, dimasak dan memakannya serta menghirup kuahnya." Harus bagi mereka yang tidak berada dalam Ihram menghantar Damnya ke Mekah supaya dikorbankan di sana untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t.
Tempat Penyembelihan: Tanah Haram.
Jenis-jenisnya: Unta yang berumur genap lima tahun, lembu yang berumur genap dua tahun atau kambing yang berumur genap enam bulan.
Dam Tamattu:
Definisinya: Binatang ternakan (berkaki empat) yang dikorbankan di Baitullah untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t.
Dalilnya: Firman Allah s.w.t: Yang bermaksud: "Maka sesiapa yang mahu menikmati kemudahan dengan mengerjakan Umrah (dan terus menikmati kemudahan itu) hingga masa mengerjakan Ibadat Haji.
Dia boleh melakukannya, kemudian wajiblah dia menyembelih Dam yang mudah didapati. Sekiranya tidak didapati Dam tersebut ataupun harganya hendaklah berpuasa selama tiga hari semasa mengerjakan Haji dan tujuh hari setelah kembali kepada keluarganya (tanah airnya). Firman Allah s.w.t: Yang bermaksud: "Kalau dia tidak dapat (mengadakan Dam), maka hendaklah dia berpuasa tiga hari dalam masa mengerjakan Haji dan tujuh hari lagi apabila kamu kembali (ke tempat masing-masing).
Tempat Penyembelihan:
Wajib dikorbankan di Tanah Haram dan dibahagikan kepada orang-orang miskin dan harus dibahagikan Dam tersebut kepada seluruh orang Islam yang fakir.
Dam Ihsar:
Definisinya: Binatang ternakan (berkaki empat) yang dikorbankan di Baitullah untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t.
Dalilnya: Firman Allah s.w.t: Yang bermaksud: "Maka sekiranya kamu dikepung (dan dihalang daripada menyempurnakannya ketika kamu sudah berihram, kamu bolehlah bertahallul serta) sembelihlah Dam yang mudah didapati."
Hukumnya: Wajib kepada mereka yang terhalang dari bertahallul sebelum sempat menyempurnakan ibadat Haji.
Tempat Penyembelihan: Di tempat berlaku sebab-sebab yang menghalangnya.
Jenis-jenisnya: Satu pertujuh dari unta atau lembu atau seekor kambing.
Korban:
Definisinya: Menyembelih unta, lembu atau kambing untuk mengabdikan diri kepada Allah s.w.t.
Waktu Penyembelihan Korban: Waktu penyembelihan bermula selepas sembahyang pada Hari Raya Haji sehingga berakhir Hari-hari Tasyrik (11, 12 dan 13 Zulhijah).
Hukumnya: Sunat Muakkad, berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud: "Amalan anak Adam pada Hari Raya Haji yang sangat disukai Allah s.w.t. ialah penyebelihan korban, sesungguhnya ia akan datang pada Hari Kiamat dengan tanduknya, kukunya dan bulu-bulunya, sesungguhnya Allah s.w.t. akan menerima penyembelihan korban tersebut sebelum darahnya tumpah kebumi, maka hendaklah kamu ikhlaskan diri kamu semasa kamu melakukan penyembelihan korban tersebut."
Ia disyariatkan pada tahun kedua Hijrah: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah menyembelih korban dua ekor kabasy yang berwarna antara putih dan hitam serta mempunyai dua tanduk, kedua-duanya disembelih oleh Baginda s.a.w.dengan tanganya. Baginda s.a.w. mengucapkan Basmalah dan bertakbir serta meletakkan kaki dibahagian tepi rusuk kibasy tersebut.
Jenis-jenisnya: Unta yang berumur lima tahun, lembu yang berumur dua tahun atau kambing yang berumur enam bulan. Adapun unta dan lembu hanya perlu diambil satu bahagian sahaja dari tujuh bahagian.
Pembahagiannya: Disyarakkan kepada orang yang berkorban memakan satu pertiga daripada daging tersebut, satu pertiga dihadiahkan dan satu pertiga lagi disedekahkan. Dia diharuskan memakan lebih dari satu pertiga daripada daging korban tetapi sekiranya dia memakan kesemua daging tersebut dan dia hanya ingin menyedekahkan harga bagi sedikit daging korban sahaja, dia bolehlah berbuat demikian.
Penyembelihannya: Disunatkan supaya bertakbir kepada Allah s.w.t selepas mengucapkan Basmalah dan selawat kepada Nabi Muhammad s.a.w kemudian berkata: Yang bermaksud: "Wahai Tuhanku! Engkaulah yang menciptakan aku dan kepadaMu aku akan kembali, oleh itu terimalah korban daripadaku."
lailaha illallah muhammadurrasulallah sama2 la melakukan pengorbanan ke jalan ALLAH selamat menyambut Hari Raya Aidil Adha |
1 winks2x.......:
huhh panjangnya..
insyallah...
moga diberi kesempatan..
Post a Comment